Gunung Es Sebesar Kota New York Mulai Terpisah


Michael Studinger terus mengamati foto-foto dari satelit dan pesawat terbang yang mengambil gambar Benua Antartika. Bersama koleganya di Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), dia mendiskusikan hasil jepretan yang memperlihatkan daratan es di Kutub Selatan.

Pada 15 Oktober lalu, anggota tim Operasi Ice Bridge NASA ini terpana. Mereka menyaksikan retakan es di Pine Island Glacier (PIG). Wilayah ini merupakan bagian dari Beting Es (Ice Sheet) Antartika Barat.

Hari-hari berikutnya, retakan di gletser tersebut makin besar dan panjang. "Saat ini kami sedang menyaksikan lahirnya gunung es. Ini sangat menarik perhatian kami," kata Studinger, anggota tim operasi, dua pekan lalu.

Sampai awal bulan ini, panjang retakan ini 32 kilometer dengan kedalaman 60 meter. Ilmuwan NASA memperkirakan retakan ini memiliki luas 880 kilometer persegi atau seukuran Kota New York.

Andaikata pecahan es ini terpisah dari beting es, maka terbentuklah gunung es baru. Para ahli di kantor NASA Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Md, terus-menerus meneliti peristiwa ini melalui satelit dan pesawat terbang.

Mereka membuat proyeksi pertumbuhan retakan tersebut. Kepingan es akan terpisah sekitar akhir 2011 atau paling lambat awal 2012. Gunung es baru ini akan bergerak ke utara, terbawa angin dan arus laut.

Menurut Studinger, ini bagian dari proses alami seperti yang pernah terjadi pada 2001. Dia memprediksi pembentukan gunung es merupakan bagian dari siklus 10 tahunan di wilayah gletser.

Munculnya sebuah gunung es raksasa patut diwaspadai. Selain lintasannya, gunung es yang mengambang berdampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Baik terhadap habitat makhluk hidup di laut maupun di atasnya.

Wilayah gletser Pine Island Glacier sendiri menjadi fokus perhatian ilmuwan. Maklum, wilayah ini sangat besar dan tidak stabil. "Lelehan esnya lebih cepat dan memiliki dampak signifikan terhadap kenaikan permukaan laut global di abad mendatang," kata Scott Borg, Direktur Divisi Ilmu Antartika National Science Foundation (NSF). Bersama NASA, lembaga ini melakukan penelitian di Antartika.

Selain melalui udara, Operasi Ice Bridge NASA menempatkan berbagai instrumen di Pine Island Glacier. Untuk mengamati retakan sepanjang 29 kilometer, misalnya, mereka menggunakan alat yang disebut Airborne Topographic Mapper.

Perangkat ini menggunakan teknologi yang disebut “lidar” (light detection and ranging). Alat ini mengirim sinar laser ke permukaan yang kemudian memantulkannya kembali ke dalam perangkat. Melalui perangkat canggih, para ahli mengamati kelahiran gunung es dan dampak perubahan iklim di Antartika.


Sumber : Tempo

0 komentar:

Posting Komentar