PERUBAHAN IKLIM DAN KEGIATAN TEKTONIK PADA PEMBENTUKAN PULAU PULAU KECIL TERUMBU KARANG DI JALUR AKTIF GUNUNG API: Pengembangan data Proksi dan Implikasi iklim pada Neraca Hidrologi serta Kerawanan Bencana Geologi Pulau Alor



Indonesia terletak di kawasan dimana berlangsung beberapa gejala alam seperti iklim maupun geologi yang diduga memberi pengaruh kuat pada proses pembentukan pulau-pulau kecil sepanjang jalur gunung api aktif. Volkanisme bawah laut yang membentuk kerucut dari timbunan lava atau lahar basalt-andesitan, ketika mengalami susut laut atau pengangkatan, kemudian menjadi substrat di atas mana berkembang terumbu karang koral di suatu perairan jernih. Kawasan aktif ini ditandai oleh kegempaan tinggi, mengalami pengangkatan sehingga karbonat terumbu karang membentuk undak teras. Pulau Alor yang terletak pada jalur aktif gunung api merupakan salah satu model pembentukan awal pulau volkanik dengan tutupan karbonat terumbu karang. Terletak di kawasan yang mempunyai musim basah relatif pendek, pulau ini memiliki resim hidrologi campuran antara karst dan volkanik. Remah volkanik Kuarter relatif masih kurang terekat. Lereng terjal berikut keratan sesar-sesar relatif rapat menyebabkan pulau ini relatif rentan pada bencana longsor.
Pulau Alor terletak di perairan yang ditandai oleh variasi kuat tahunan suhu muka laut serta merupakan salah satu kawasan perlintasan arus global (Arlindo) dari Selat Makassar melalui Laut Sawu menuju Samudra Hindia.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah dan sejauh mana sesungguhnya peran Pulau Alor merekam gejala ekstrem alam dimasa lalu, iklim maupun tektonik, pada beberapa jenis material yang dianggap memadai sebagai sumber informasi atau data proksi. Sejumlah contoh koral masif dari jenis Diploastrea heliopora dan Porites sp. terbukti cukup peka merekam gejala perubahan kondisi perairan di masa lalu, yaitu gejala ENSO yang berpengaruh pada kondisi lingkungan pulau Alor. Contoh kayu (Tamarindus indicus) yang diperoleh dari pulau ini akan dianalisis variasi kandungan isotop stabilnya, untuk kemudian memperbanyak peluang memperoleh sumber data proksi hingga mencapai kurun waktu lebih jauh (Holosen). Kondisi karstik pulau ini memberi peluang eksplorasi speleothem yang berpotensi pula dikemudian hari sebagai sumber data "proxy" gejala alam dimasa lalu.
Upaya mengungkap terjadinya gejala-gejala alam (tektonik, iklim, dll.) dimasa lalu tersebut memerlukan pendekatan melalui model yang didasarkan pada data isotop stabil serta umur kejadian (pentarikhan) yang diperoleh dari beberapa jenis contoh yang terbentuk pada kondisi alam yang selalu berubah (atmosfer, lautan maupun daratan) dan kemudian luruh dan terawetkan di lautan maupun darat. Koral dan sedimen laut yang terbentuk dan kemudian merekam kondisi perairan, dipilih sebagai
contoh-contoh untuk memperoleh isitop stabil, dengan apa, variasi temporalnya bermanfaat sebagai data “proxy” pada upaya perekaan ulang kondisi lingkungan dan iklim di masa lalu, khususnya di perairan Laut Savu dan sekitarnya.
Rendahnya curah hujan dan kondisi geohidrologi pulau Alor menyebabkan neraca negatif air tawar di beberapa tempat di kawasan ini. Penataan ruang dan pengembangan kawasan di pulau ini memerlukan dukungan data potensi berikut model pada pengelolaan air tawar yang yang tepat disamping memperhitungkan potensi kerawanan bencana (gempa bumi dan longsor).

0 komentar:

Posting Komentar